31 March 2009

KARANGASEM DIGELONTOR 4,4 M DANA PUAP UNTUK PETANI

Sebanyak 4,4 milyard rupiah dana PUAP yag digelontor Departemen Pertanian melalui program pada Sekretariat Jendral Deptan diharapkan dapat menekan angka kemiskinan dikalangan petani.

Menurut Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Karangasem Ir.. I Komang Subratayasa (30-3-09) mengatakan, petani pada umumnya di Bali yang masih dikatagorikan menyangdang kondisi kemiskinan, kini diintensifkan digarap melalui program PUAP (Program Usaha Agrobisnis Pertanian) sebagai wujud program PNPM Mandiri Pedesaan dilingkungan Deptan.

Untuk Kabupaten Karangasem telah teralokasi pada 44 desa dengan nilai nominal 100 juta rupiah per Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) ditiap Desa, sehingga total dana yang digelontor sejumlah 4,4 milyard rupiah.

Bahkan untuk memaksimalkan penggarapan kemiskian dilingkungan pertanian tahun 2009 kembali diusulkan sebanyak 34 kelompok lagi namun hingga kini SK dari Mentri Pertanian belum turun. Ia mengharap semua kelompok yang diusulkan bisa turun dan direalisir pendanaannya, sehingga memberi kesempatan kepada semua Gapoktan ditiap desa dapat menikmati program PUAP tersebut.

Menyangkut mekanisme penyaluran modal tersebut, Subratayasa menyebut, tergatung kesepakatan dari musyawarah kelompok untuk menggulirkan modal yang diberikan kepada kelompok lain dilingkunganya. Dengan model demikian kelompok tidak diikat untuk mengembalikan nominal bantuan secara langsung tetapi disesuaikan dengan kebutuhan usaha pertanian dilingkungan masing-masing sebagaimana acuan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang sudah dibuat. Untuk menghindari terjadinya kemacetan dan salah arah dari bantuan tersebut, Kepala Desa bersama petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ditiap Desa dapat memberikan fasilitasinya.

Suntikan dana PUAP memberi pengaruh signifikan terhadap produktifitas petani, secara langsung berdampak pada perbaikan ekonomi dan pendapatan petani sehingga lambat laun dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani bisa makin terlepas dari himpitan kemiskinan. Melalui program pro petani seperti PNPM-MP, Bantuan Bibit dsb upaya pemberdayaan petani kian mampu menjadi program menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas dalam pembangunan.

Sebelum program PUAP diluncurkan para PPL telah dibekali dengan pelatihan sebelumnya melalui skema dana pendamping yang bersumber dari APBD Kabupaten Karangasem sekitar 100 juta rupiah.


Sementara itu Bupati Karangasem I Wayan Geredeg dalam pemantauan pelaksanaan program PUAP di wilayah Kecamatan Rendang mengarahkan, agar petani ternak yang menyerap modal PUAP untuk pengembangan usaha lebih fokus memanfaatkan bantuan untuk meningkatkan produktifitas ternak sapi sebagai komoditi unggulan Karangasem. Bahkan dengan beroperasinya Pasar Khewan Pempatan peternak sapi hendaknya dapat memanfaatkan lebih optimal fungsiya agar memberikan dampak ekonomi bagi peternak dan masyarakat disekitarnya. (Krt)

Berita selengkapnya klik disini..

PEKAT JANJI BANTU PENYELESAIAN MASALAH KKM

AMLAPURA—Setelah sebulan lebih ditutup ,masalah penyelesaian kasus KKM memang belum terlihat titik terang terutama kepastian kapan para nasabah yang notabena masyarakat kecil mendapatkan uang yang mereka investasikan.Kondisi demikian mengundang keprihatinan dari sebuah ormas Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) untuk ikut urun rembug.

Hal itu terungkap dalam pertemuan pengurus Pekat Kabupatan dan Kecamatan se Karangasem di Kantor Gapansi Karangasem,Senin(30/3). Dalam pertemuan tersebut disepakati membentuk tim Idependen yang akan membatu menyelesaikan masalah masalah KKM. Bahkan menurut Ketua Pekat Indonesia Bersatu Provinsi Bali I Wayan Gede Suryatartha SE MBA masalah KKM sebenarnya sudah menjadi perhatian pekat sejak awal. Bahkan saat penutupan KKM di Karangasem lalu Pekat telah ikut memantau.

“Apa yang Pekat lakukan bukan atas dasar ikut ikutan…Melainkan atas dasar kepedulian,malahan ikut memantau perkembangan penutupan KKM sampai terjadi demo anarkis,” Ujar Suryatartha.

Selain itu salah satu alasannya khasus ini melibatkan banyak orang.” Pekat juga merasa prihatin karena sejuh ini persoalan nasabah KKM malah semakin menjelimet.” ujar peria yang akrab sapa Mangku Gde Rama tersebut.

Menurutnya pihak Pekat Bali juga sudah berkordinasi dengan Pekat di Jakarta soal KKM di Karangasem ini dan telah mendapat ijin dan dukungan untuk membentuk tim.. Sementara itu tim Independen Pekat yang terbentuk di Karangasem itu diketui oleh Kuta Waringin yang dibantu oleh Nikayasa Bidang Hukum dan Bidang Database Made Sudiartana.

Selain itu Pekat juga akan berusaha melakukan trobosan ke Jakarta dengan bertemu dengan MA dan Jaksa Agung. Malah ke MA pihaknya berharap mendapat patwa hukum soal penyisihan dana nasabah sehingga bisa segera dicairkan ke masyarakat. “Memang logikanya BB tidak bisa dibagikan,akan tetapi karena khasus ini melibatkan banyak orang kita harap bisa ada pengecualian,” Harapnya seraya mengaku telah menggalang loby-loby dengan pengurus Pekat Pusat di Jakarta.(Krt)

Berita selengkapnya klik disini..

29 March 2009

DUA PEJABAT PEMKAB DITAHAN APARAT TERKAIT DEMO KKM

AMLAPURA-Aksi penangkapan dan penahanan oleh aparat terkait dengan demo rusuh KKM beberapa waktu lalu nampak masih terus berlanjut tidak terpengaruh oleh maraknya hari libur keagamaan di Bali khususnya di Karangasem yang juga menyongsong Karya Agung lima Tahun Sekali yakni Panca Wali Krama di Pura Besakih.

Setelah puluhan orang diamankan sebelumnya, 2 orang lagi menyusul,kali ini benar-benar membuat masyarakat Karangasem kaget,karena kedua orang yang ditetapkan sebagai tersangka tak lain adalah pejabat penting di Pemkab Karangasem. Mereka adalah Made Witha Ssos SP (53) yang juga menjabat sebagai Kasubdin Dinas Peternakan Pemkab Karangasem. Witha yang beralamat di jalan Untung Surapati no 100 Amlapura atau Kelurahan Padang Kerta, Amlapura malah disebut sebut sebagai konseptor demo KKM yang akhirnya berakhir anarkis tersebut.

Witha sendiri diduga yang menulis spanduk berkesan menghina Pemerintah yang digunakan oleh nasabah KKM untuk mengelar demo.Witha disangkakan dalam perkara Pidana dengan sengaja menyatakan perasaan permusuhan di depan umum, kebencian dan Penghinaan terhadap pemerintah sebagaimana diatur dalam pasal 154 KUHP sub pasal 207 KUHP jo pasal 55 KUHP dan pasal 56 KUHP. Dengan ancaman hukumanya selama 7 tahun. Pelaku ditangkap dirumahnya jam 11.00 wita tanggal 21 Maret lalu.

Sementara tersangka Kedua adalah I Made Mintaka (48). Yang bersangkutan termasuk PNS yang menjabat sebagai Kasubag Hukum dan Ham Pemkab Karangasem. Mintaka yang beralamat jalan Melati VII no 5, kelurahan Padang Kerta, Amlapura. Dijemput aparat dirumahnya pada waktu yang bersamaan dengan penangkapan Wita .

Hampir sama nasibnya dengan Wita, Mintaka diduga sebagai konseptor, sehingga berujung demo anarkis yang dilakukan secara spontan oleh massa yang hendak menuntut uangnya kembali pasca penutupan KKM oleh aparat . Spanduk yang terkesan hujatan yang dibawa massa diduga di otaki oleh mereka berdua

“Ada kesan mereka-mereka ini yang mengarahkan sasaran demo seperti ke DPRD, Pemkab Karangasem termasuk rumah Pribadi Bupati Geredeg,” ujar salah seorang penyidik.Namun pihak aparat mengaku masih mendalami keterkaitannya dengan Demo-demo yang berujung anarkis pasca penutupan KKM

Penangkapan terhadap dua pejabat yang cukup berbobot dilingkungan Pemkab Karangasem tersebut informasinya banyak digali dari para tersangka yang ditahan sebelumnya

Namun saat pemeriksaan yang dilakukan secara maraton oleh aparat keduanya membantah disebut sebagai konseptor demo KKM tersebut. Disisi lain pasca penahanan Wita dan Mintaka di Mapolres Karangasem,berbondong-bondong para keluarga dan kerabat keduanya termasuk dari jajaran PNS yang nampak bergiliran menjenguk mereka .Tapi dari para penjenguk ini tak satupun ada yang memberi komentar terkait penahanan 2 pejabat Pemkab itu (Krt W)

Berita selengkapnya klik disini..

24 March 2009

POLISI AMANKAN RATUSAN BOTOL ARAK

SIDEMEN—Polres Karangasem menjelang hari raya dan pemilu namnpak kian getol memburu penjual miras khususnya jenis Arak. Hasilnya tiga tersangka langsung dicicuk dari tiga TKP di wilayah Sidemen. Dari ketiga tangkapan tersebut polisi berhasil mangamankan 523 botol miras jenis arak. Semua barang haram ini dijual tanpa dilengkapi surat ijin edar atau Siup MB.

Tangkapan pertama sekitar pukul 15.00 wita lalu di dusun Delod Yeh, Sidemen, Karangasem. Pelaku adalah Wayan Suweca asal dusun delod Yeh. Korban kedapatan membawa arak dengan menggunakan jirigan warna putih. Unit buser Polres Karangasem yang sebelumnya melakukan pengintaian akhirnya menangkap pelaku yang naik motor.Yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan surat ijin

Arak sebanyak 28 botol yang ditaruh dalam jiringan langsung diamankan sebagai BB. Tidak jauh dari penangkapan pertamna tim Buser Polres Karangasem kembali menangkap penjual arak sekitar pukul 15.30 wita. tepatnya di pinggir jalan dusun Telibeng, Sidemen. Petugas menangkap pelaku I Ketut Sudiarta (34) asal dusun Telun Wayah Betenan, Desa Eka Buana, Sidemen. Dengan barang bukti yang berhasil diamankan sebanyak 45 botol arak yang ditampung dalam jiringan.

Selang beberapa menit petugas kembali menangkap Pelaku yang lain, Wayan Suradnya 60 asal dusun Kebung, Desa Telagatawang, Sidemen pelaku mengendarai sebuah mobil Pic Up .Para pelaku-pelaku ini semuanya tidak berhasil menunjukkan surat ijin peredaran miras

10 jiringan arak ditemukan dengan total sebanyak 450 botol. Kali ini pelaku pelakupun digelendang ke Polres Karangasem.
”Gencarnya oprasi polres Karangasem juga berkaitan dengan Hari Raya Nyepi sekaligus untuk menekan predaran miras di Denpasar menjelang Nyepi dan pengrepukan.” ujar Kapolres Karangasem AKBP Amur Chandra JB seperti disampaikan Pahumas Polres Karangasem.kemarin (Karta W)

Berita selengkapnya klik disini..

KARANGASEM DIGELONTOR DANA STIMULUS SEBESAR 10 M

Dana stimulus yang menjadi kebijakan pemerintah pusat dalam mengatasi dampak krisis global, dimanfaatkan Bupati Geredeg untuk memperoleh alokasi di Kabupaten Karangasem. Atas pengajuan dan pendekatan kepada pemeribtah pusat Kabupaten Karabgasem akhirnya kebagian dana stimulus sejumlah 10 milyard rupiah.

Dana sebesar itu menurut Kabid Tata Ruang Bangun Membangun dan Pemukiman Dinas PU Karangasem Ir. Ida Bagus Oka (23-3-09) membenarkan bahwa untuk tahun anggaran 2009 Kabupaten digelontor dana stimulus untuk infrastruktur dibidang air bersih.
Adapun rencana pembiayaan dana stimulus diarahkan untuk membiayai pembangunan jaringan air bersih Ibu Kota Kecamatan IKK di wilayah Kecamatan Manggis Kab. Karangasem sejumlah 7 milyard rupiah serta pembangunan jaringan air bersih di wilayah Duda kecamatan Selat sejumlah 3 milyard rupiah.

Adapun sumber air yang dikoneting untuk kedua lokasi kegiatan tersebut bersumber dari air baku Telaga Waja. Kabupaten Karangasem sebagai daerah yang bergunung dan beriklim kering kerap kali mengalami masalah kekuranga air sehingga dalam pembangunan insfrastruktur dana stimulus diarahkan bagi pembagunan sektor air bersih.

Pembiayaan dana stimulus berasal dari Departemen PU yang dialokasikan untuk menanggulangi dampak krisis serta membantu kebutuhan masyarakat dalam berbagai sektor dan sub sektor. Menyangkut kebijakan tersebut, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengaku untuk tahun 2009 komitment kucuran pendanaan bersumber dari dana APBD dari berbagai Departemen diterima cukup besar sehingga memberi dampak dalam gerai dinamika pembangunan Karangasem, khususnya dalam pembiayaan sektor pembangunan pisik.

Dalam mengejar potensi pendanaan pusat Pemkab telah berupaya semaksimal mungkin bahkan jika dihitung seluruh pembiayaan pembangunan yang masuk ke Karangasem termasuk APBD 2008 lalu tidak kurang bernilai 1 trilyun rupiah lebih. Hal ini cukup menggembirakan karena secara signifikan mampu meigkagkan volume pembangunan, kapasitas dan jankauan pembangunan hingga ke tingkat desa-desa. Dengan demikian diharapkan mampu memberi dampak penurunan indikasi kemiskinan dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat Karangasem dari tahun ke tahun.(Karta w)

Berita selengkapnya klik disini..

22 March 2009

RIBUAN UMAT IRINGI MELASTI KE PANTAI KLOTOK



Sejumlah Atribut Parpol Yang Mengganggu Prosesi Melasti Dicabuti

Ribuan Pemedek dari seluruh penjuru Bali ngiring Upacara Melasti terkait Karya Panca Bali Krama dan Betara Turun Kabeh di Besakih (21-3-09). Upacara Melasti yang diawali persiapan menempatkan pelinggih Jempana berjejer di Pura Penataran Agung. Sekitar pukul 10.30 Wita iring-iringan pemargi pratima didalam pelinggih Jempana mulai bergerak, setelah Penyungsungan Catur Lawa lengkap tedun beriringan paling depan masing-masing Ida Ratu Pande, Ida Ratu Dukuh, Ida ratu Pasek dan Ida Ratu Penyarikan.

Menyusul dibelakangnya 2 pratima dari Kiduling Kreteg sebagai manifestasi Dewa Brahma mengawal pemargi Ida betara Lingsir Besakih yang diusung di tengah berikut 7 pretima lainnya seperti pratima da Betara Iswara, pratima Ida Betara Kiwa Tengan, pratima Ida betara Pengubengan, pratima Ida Betara Manik Mas Maketel dan Ratu Kubakal, pratima Ida Betara Sunaring Jagat dan pratima Ida Betara Sang Hyang Wisesa. Dibelakang iring-iringan pratima Betara di Penataran Agung, diikuti iring-iringan pratima dari panyungsungan parhyangan Catur dala, Catur Loka Pala serta paling belakang pratima dari semua Pedharman/Dadia yang ada di sekitar Pura Besakih.

Menurut Panitia Lokal I Wayan Gunatra pemargi Melelastian ditujukan untuk menyucikan pratima dalam rangkaian Karya Agung Pamca Bali Krama dan betara Turun Kabeh, sebagai simbolik anganyudin malaning bumi angamet tirta amertha. Disepanjang perjalanan yang meliwati 29 wilayah Desa Pakraman dengan 25 titik aturan Pemendak, diharapkan dapat memperlancar jalannya pemargi dimana iring-iringan tetap memargi namun pemendak berlangsung secara otomatis, sehingga tidak menyita waktu perjalanan yang duperkirakan sekitar 8 jam dalam jarak 30 Km.

Disepanjang route perjalanan aparat pengamanan prosesi terdiri aparat TNI, Kepolisian, dan Pecalang setiap Desa Adat yang dilewati, menertibkan dan mengalihkan jalur kendaraan agar tidak berpapasan dengan iring-iringan pemargi. Pada sejumlah titik rawan seperti sekitar Catus Pata Kota Semarapura, pemargi sempat tersendat karena masih ada gambar Baliho yang terpancang megah dipinggi jalan. Seketika itu pula gambar Baliho dicabut dan diamankan secara tertib, sehingga prosesi pemargi kembali normal melewati Catuspata Kota semarapura. Pengiring yang diperkirakan berjumlah ratusan ribu akibat lelah perjalanan panjang kerap kali menyerbu aturan bebanten umat disepanjang acara pemendak sehingga surudan aturan bebanten umat ludes dilungsur krama pengiring.

Sekitar pukul 16.30 iring-iringan tiba di Segara Klotok dilanjutkan upacara pemujaan oleh Sulinggih yang telah dijadwalkan antara lain Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Geria Aan Klungkung, Ida Pedanda Purwa Gotama dari Geria Wanasari Sidemen, Ida Rsi Angkling dari Geria Angkling Gianyar dan Ida Pedanda Gede Rai Pidada dari Geria Sengguan Klungkung. Upacara pelelastian menggunakan uperengga bebantenan dilengkapi Catur, Pecaruan Pancasanak banteng, sarad serta kelengkapan lain. Setelah prosesi pakelem upacara melasti dengan iring-iringan penyungsungan pratima menuju ke Pura Penataran Agung Klungkung untuk Meaklum.

Keesokan harinya (22-3-09) perjalanan dilanjutkan menuju Pura Puseh Tabola melalui jalur Pakse Bali menuju Sidemen untuk mekolem 1 hari lagi. Pada tanggal 23-3-09 perjalanan terakhir dilanjutkan dari Pura Puseh Tabola menuju Pura Besakih, untuk katurang pemendak Agung di Pura Pesimpangan sebelum lanjut berstana di Penataran Agung hingga upacara besar Panca Bali Krama 25 Maret 2009 digelar di Bencingah Agung Besakih. Setelah diselingi Hari Penyepian Sipeng tanggal 26 Maret 2009 upacara kembali berlanjut hingga Upacara betara Turun Kabeh tanggal 9 April 2009 di Penataran Agung Besakih.(Karta/Humas)

Berita selengkapnya klik disini..

21 March 2009

MAKNA PANCA WALI KRAMA


Purwaka

Pada hari rabu, 25 Maret 2009 (Budha Pahing Kuningan) umat Hindu di Indonesia kembali menyelenggarakan Karya Agung Panca Bali (Wali) Krama sebagai salah satu rangkaian siklus upacara Bhuta Yadnya dalam agama Hindu yang berhubungan dengan Ekadasa Rudra. Apabila Ekadasa Rudra diselenggarakan bertepatan dengan Tilem Caitra saat tahun Saka berakhir dengan 00 atau rah windu tenggek windu atau windu turas (setiap seratus tahun sekali), maka Panca Bali Krama diselenggarakan bertepatan dengan Tilem Caitra saat tahun Saka berakhir dengan 0 atau rah windu (setiap sepuluh tahun sekali) seperti tersurat di dalam lontar Indik Ngekadasa Rudra. Landasan yang digunakan sebagai dasar terselenggaranya Karya Agung Panca Bali Krama tersurat di dalam kitab suci Veda, Samhita, Brahmana, Aranyaka, Upanisad, dan kitab-kitab Purana.
Sebagai salah satu rangkaian siklus Panca Maha Yajnya,Bhuta Yadnya tidak terpisahkan dengan rangkaian Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yajnya karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Kata yajnya memiliki makna yang dalam karena dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Tidak hanya dalam bentuk pelaksanaan upacara, namun dapat berbentuk berbagai aktivitas kerja. Dalam kitab suci Veda, uraian tentang yajnya dan karma (kerja) diuraikan dalam satu kesatuan. Kitab Bhagawad Gita misalnya, tidak hanya menguraikan tentang ethos kerja tetapi juga hakikat kerja. Yajnya dan karma adalah jalan pembebasan, jalan pembebasan diri dari belenggu materialisme.

Karya Agung Ekadasa Rudra telah diselenggarakan di Bali pada Tilem Caitra Saka 1900 (Maret 1979) sebagai rangkaian siklus Bhuta Yadnya, dilanjutkan dengan Karya Agung Panca Bali Krama setiap sepuluh tahun sekali. Terakhir, Panca Bali Krama diselenggarakan bertepatan dengan Tilem Caitra (Tilem Kasanga) Saka 1920, tanggal 17 Maret 19999 yang dipusatkan di Bancingah Agung Pura Panataran Agung Besakih, di kaki Gunung Agung.

Selain diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, Panca Bali Krama juga diadakan pada saat-saat tertentu sesuai keperluan. Menurut teks lontar Bali, tercatat ada beberapa jenis Panca Bali Krama sebagai berikut:
a. Panca Bali Krama yang diadakan pada saat tahun Saka berakhir dengan 0 (rah windu) atau menjelang pasalin rah tunggal, misalnya tahun Saka 1910, 1920, dan seterusnya.
b. Panca Bali Krama Panregteg diadakan tidak terikat dengan rah windu, tetapi dilaksanakan karena Panca Bali Krama sudah lama tidak diadakan.

c. Panca Bali Krama yang diadakan di Pura Panataran Agung Besakih karena terjadi bencana alam yang bertubi-tubi, seperti desa-desa hilang tersapu banjir, desa-desa ditelan bumi karena gempa dahsyat, gunung meletus disertai hujan abu yang menyebabkan bumi gelap gulita, hama merajalela, umur manusia pendek, orang jahat dikira baik, sebaliknya orang baik dikira jahat, dan lain-lain.

d. Panca Bali Krama yang diadakan di tempat-tempat tertentu di luar Pura Panataran Agung Besakih, misalnya di pusat kerajaan (sekarang kabupaten/kota atau propinsi) untuk menyucikan wilayah tertentu. Di masa lalu, pernah diadakan di Denpasar dan Mengwi.

e. Panca Bali Krama Ring Danu, ialah Panca Bali Krama yang diadakan di danau (biasanya dipilih danau yang terbesar) serangkaian dengan upacara Candi Narmada di samudra (laut). Upacara itu seharusnya dilaksanakan sebelum diadakan Karya Agung Ekadasa Rudra. .

Panca Bali Krama: Bhuta Yajna dan Dewa Yajna

Yadnya, yang telah dan akan dilakukan oleh umat Hindu merupakan kewajiban yang patut dilaksanakan. Keseluruhan rangkaian yadnya diklasifikasikan dalam Panca Maha Yajna yang terdiri atas Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya, seperti disuratkan dalam kitab suci Veda dan secara eksplisit ditegaskan dalam Kitab Satapata Brahmana maupun Manawa Dharmasastra (III, , 68, 69, 70, 71 dan 72) (lihat Die Religionen Indies I, Veda und ulterer Hinduismus, Kohlhamer, 1960). Dengan demikian, pelaksanaan yajna sesungguhnya berlandaskan ajaran kitab suci Veda.
Bhuta Yadnya merupakan persembahan kepada bhuta yang merupakan unsur-unsur yang membangun alam semesta (bhuwana alit maupun bhuwana agung atau segala bentuk material di alam raya ini), disebut panca maha bhuta, terdiri atas prethiwi (unsur tanah), apah (unsur air), teja (unsur sinar), vayu (unsur angin) dan akasa (ether), yang dibentuk oleh lima unsur lebih halus, disebut panca tan matra yang tediri atas gandha (unsur bau), rasa (rasa), sparsa (sinar), rupa (rupa) dan sabda (suara).

Semua unsur tersebut berstruktur dan bersistem dalam harmoni. Namun dalam perjalanan waktu, karena tindakan dan perbuatan manusia, kadangkala mengalami disharmoni. Oleh karena itu dalam kurun waktu tertentu diadakan upacara untuk mengharmoniskannya dengan upacara Bhuta Yajna dan upakara bali, berupa caru atau tawur. Harapan yang ingin dicapai ialah Bhuta Hita atau Jagat Hita maupun Sarwa Prani Hita, keharmonisan yang akan memberikan kerahayuan hidup bagi manusia dan mahluk lainnya.

Bhuta Yajna diadakan di tempat dan pada waktu terpilih (pangaladesa, subhadiwasa), yaitu pada Tilem Caitra (Tilem Kasanga), ketika matahari berada di atas khatulistiwa dan ketika bumi, bulan dan matahari dalam posisi tegak lurus. Posisi Bhuwana Agung pada saat ini (terlebih pada saat sandhya-kala) dipandang sebagai posisi yang tepat untuk mengadakan Bhuta Yajna. Penyelenggaraannya dilakukan di sebuah tempat yang secara simbolis dianggap sebagai madhyanikang bhuwana (tengahnya dunia), di sebuah natar (lebhuh, pempatan) di mana prethiwi (bumi, tanah) dan akasa (langit) bersemuka.

Setelah upacara Bhuta Yajna dilaksanakanlah upacara Dewa Yajna sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. Ketika bulan sempurna di langit (purnama) diselenggarakanlah Dewa Yajna. Purnama kadasa (juga Purnama Kartika) adalah purnama yang dianggap paling “sempurna”, karena saat itu bulan purnama berada paling dekat dengan garis khatulistiwa. Inilah yang dipandang sebagai “subhadiwasa” untuk melaksanakan Dewa Yajna.

Oleh karena itu, upacara Ngusaba Kadasa yang disebut juga Bhatara Turun Kabeh.
Menurut pandangan Agama Hindu, manusia hidup “di antara” Bhuta dan Dewa, maka dengan melaksanakan Bhuta Yajna dan Dewa Yajna diharapkan manusia menyadari dirinya yang pada hakikatnya adalah “Cahaya Tuhan” yang berasal dari dan akan kembali kepada “Sang Maha Cahaya”. Bukan sebaliknya ‘jatuh” ke dalam kegelapan (bhuta).

Tetapi bhuta perlu dijaga keharmonisannya (somya) dengan berbagai upaya sebagaimana diajarkan dalam ajaran Agama Hindu. Bhuta Yajna juga diselenggarakan karena manusia menjadikan bhuta (juga tan matra) sebagai obyek indrianya. Obyek indria diupayakan dalam keadaan bhuta hita sehinga dengan demikian kerahayuan hidup akan dapat dicapai. Setelah bhuta menjadi somya, maka Hyang Bhutapati yang juga adalah Hyang Pasupati atau Hyang Jagatpati distanakan lalu dipuja. Dengan demikian, Panca Bali Krama di samping sebagai Bhuta Yajna, pada dasarnya juga adalah Dewa Yajna, pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Panca Bali Krama dan Panca Brahma

Kitab Wrehaspati Tattwa menyuratkan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa disebut sebagai Sadasiwa dengan singgasana Padmasana (singgasana teratai) yang memancar ke arah empat penjuru alam semesta. Secara antrophomorfis diwujudkan dalam empat Kemahakuasaan yang maha gaib sebagai empat Dewa yang menjadi Penguasa empat penjuru alam semesta. Saktinya (Kemahakuasaannya) terdiri atas Wibhu Sakti (Maha Ada), Prabhu Sakti (Maha Kuasa), Jnana Sakti (Maha Tahu) dan Kriya Sakti (Maha Pencipta), disebut Cadu Sakti atau Catur Sakti, yakni Empat Kemahakuasaan Hyang Siwa. Hyang Sadasiwa yang berstana di tengah bunga padma adalah mantratma, mantra sebagai wujudNya. Isana sebagai kepala, Tatpurusa sebagai muka, Aghora sebagai hati, Bhamadewa sebagai badan halus, Sadyojata sebagai wujudNya, Aum. Hyang Sadasiwa (Tuhan Yang Maha Kuasa) wujudnya bening seperti kristal. Kelima wujud itu disebut Panca Brahma atau Panca Dewata, masing-masing denagn bija aksaraNya (aksara suci): SANG, BANG, TANG, ANG, ING. Dalma konsepsi padma bhuwana atau padma mandala masing-masing sebagai:

a. Penguasa penjuru Timur alam semesta (Purwa) adalah Sadyojata denga gelar lain Iswara;
b. Penguasa penjuru Selatan (Daksina) adalah Bhamadewa dengan gelar lain Brahma;
c. PEnguasa penjuru Barat (Pascima) adalah Tatpurusa dengan gelar lain Mahadewa;
d. Penguasa penjuru Utara (Uttara) adalah Aghora dengan gelar lain Wisnu;
e. Penguasa di pusat (Madhya) adalah Siwa sendiri disebut juga ISana, Penguasa Yang Maha Agung.

Panca Brahma (lihat Vasudeva S. Agravala (1984)) adalah penguasa dari Panca Maha Bhuta dan Panca Tanmatra. Sadyojata penguasa Pratiwi (tanah) dan gandha (bau), Bhamadewa penguasa apah (air) dan rasa (rasa), Aghora penguasa teja (api) dan sparsa (cahaya, warna), Tatpurusa penguasa bayu (angin) dan rupa (rupa), Isana adalah penguasa akasa (ether) dan sabda (suara). Panca Brahmajuga menjadi pengendali Panca Jnanendriya atau Panca Bhudindriya. Sebagaimana halnya akasa, Isana juga pengendali srotendriya (indria pendengar), Tatpurusa pengendali twakindriya (indria rasa sentuhan), Aghora (pengendali cakswindriya (indria penglihatan), Bhamadewa pengendali jihwendriya (indria rasa lidah), Sadyojata adalah pengenali ghranendriya (indria penciuman). Seperti diketahui, Panca Tanmatra adalah obyek Panca Jnanendriya, dan Panca Tanmatra adalah unsur dasar yang membangun Panca Maha Bhuta.

Dengan demikian, tampaklah hubungan yang erat antara Panca Brahma dengan Panca Maha Bhuta, Panca Tan Matra, dan Panca Jnanendriya sehingga jelas pulalah makna Karya Agung Panca Bali Krama yang diselenggarakan oleh umat Hindu merupakan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan KekuasaanNya yang membentang ke empat penjuru alam semesta (Bhuta Iswara, Bhutapati) untuk memohon kerahayuan jagat (bhuta hita, jagathita). Bersamaan dengan itu, umat Hindu mengukuhkan kesadarannya tentang hakikat keberadaannya di alam semesta ini, hakikat dirinya yang suci, hakikat tujuan hidupnya untuk manunggal,kembali pada asalnya, Tuhan Yang Maha Suci.

Panca Bali Krama, Panca Giri dan Pura Panataran Agung Besakih

Lontar Tantu Pangelaran menyiratkan bahwa gunung (giri, meru, parwata) memberikan kerahayuan (amreta) kepada manusia yang hidup di kaki dan datarannya. Selain itu, gunung merupakan pusat orientasi kesucian bagi umat Hindu, gunung-gunung dipandang sebagai satu kesatuan sehinga muncul konsepsi panca giri. Kitab-kitab yang mengajarkan ajaran yoga, pertama-tama menguraikan tentang Gunung Mahameru sebagai tempat Sthana Hyang Siwa yang digambarkan sebagai pusat padma dunia raya.

Bagi seorang sadhaka, gunung itu terletak di sahasrara padma, di kepala manusia, tempat Hyang Siwa menurunkan ajaran-ajaranNya yang kemudian dicatat dalam berbagai Yamala, Damara, Siwasutra dan Kitab Tantra dalam bentuk tanya jawab (dialogis catekismus) antara Hyang Siwa dengan SaktiNya Dewi Parwati. Gunung dalam alam sakala maupun niskala sangat penting bagi umat Hindu, dipandang sebagai linga acala, linga yang tidak bergerak.

Karena gunung yang tertinggi (Mahameru, Gunung Agung) dinyatakan berada di pusat padma dunia, maka gunung-gunung yang lain menempati posisi dik widik. Dunia atau wilayah yang lebih kecil digambarkan sebagai bunga padma, disebut padma bhuwana atau padma mandala sehingga dalam konteks Bali, Gunung Agung menempati posisi di tengah padma mandala, Gunung Lempuyang di Timur, Gunung Andakasa di Selatan, Gunung Batukaru di Barat dan Gunung Batur di Utara.

Di tempat tersebut didirikan pura atau tempat suci utama, menempati posisi dik, sementara yang menempati posisi widik adalah Pura Gua Lawah di Tenggara, Pura Luhur Uluwatu di Barat Daya, Pura Pucak Mangu di Barat Laut. Pura Agung Besakih juga menempati posisi Timur Laut (Airsanya). Pura yang biasa disebut Sad Kahyangan tersebut merupakan kesatuan, bagaikan sebuah bunga padma dengan delapan helainya (dala) yang menunjuk delapan penjuru, dengan sarinya berada di tengah.

Pada sari bunga padma yang suci itu didirikan Padma Agung (Padma Tiga) yang merupakan Panataran Agung Besakih masih memiliki dala pada posisi dik, masing-masing Pura Gelap (Timur, Sadyojata, atau Iswara). Pura Kiduling Kreteg (Selatan, Bhamadewa atau Brahma), Pura Ulun Kulkul (Barat, Tatpurusa atau Mahadewa), Pura Batu Madeg (Utara, Aghora atau Wisnu) yang disebut Pura Catur Lokaphala atau Catur Dala. Secara holistik, maka Padma Tiga Pura Panataran Agung Besakih, pertama-tama disangga oleh pura catur dala, selanjutnya ditopang lagi oleh pura Sad Kahyangan (pura utama) yang terletak di delapan penjuru Pulau Bali atau asta dala. Pura Kahyangan Jagat yang didirikan di seluruh Nusantara dapat berfungsi sebagai sahasra dala, seribu kelopak bunga padma.

Apabila pelaksanaan upacara besar di Pura Agung Besakih diperhatikan, khususnya upacara Bhatara Turun Kabeh dalam rangka Panca Bali Krama merefleksikan telah diterapkannya konsepsi padma kuncup. Dalam rangkaian upacara Tabuh Gentuh (setiap tahun), Dewata yang disthanakan pada masing-masing pura catur dala, disatukan di tengah (Pura Panataran Agung). Dewata yang disthanakan di pura catur dala yang lebih jauh (Pura Lempuyang Luhur, Pura Andakasa, Pura Batukaru, Pura Batur) disatukan di Pura Panataran Agung Besakih, dan akhirnya pada upacara Bhatara Turun Kabeh dalam rangkaian Karya Agung Baligya Marebhu Bhumi (seribu tahun sekali), Dewata yang disthanakan di pura sahasra dala secara simbolis juga disatukan di Pura Panataran Agung Besakih. Begitu pentingnya posisi Pura Agung Besaki (dari kata “basuki” berarti rahayu), pura yang senantiasa dijaga keagungan, keindahan dan kesuciannya, sehingga pada dasarnya merupakan perwujudan ajaran Satyam Siwam Sundaram
Panca Bali Krama, Tahun Saka dan Nyepi

Perhitungan penetapan tahun Saka tidak hanya melihat posisi matahari (surya pramana) tetapi juga posisi bulan (candra pramana) sehingga disebut surya candra pramana. Sistem penetapan Tahun Baru Saka menunjukkan bahwa umat Hindu sangat memperhatikan benda-benda “bersinar” di langit sebagai refleksi senantiasa mengembangkan wawasan kesemestaan, kesejagatan (Brahmanda). Benda-benda “bersinar” di langit, secara langsung dirasakan pengaruhnya pada kehidupan manusia di bumi, khususnya kaitannya dengan perubahan musim. Namun, secara spiritual menunjukkan bahwa agama Hindu berorientasi pada “sinar” (divine) sehingga muncullah kata Dewa (dari div berarti bersinar). Umat Hindu menyadari hakikat dirinya adalah “Cahaya Suci Tuhan Yang Maha Kuasa”, selanjutnya ingin membangun dirinya menjadi divine man, lebih lanjut membangun divine society, manusia dan masyarakat yang memancarkan Sinar Suci Tuhan Yang Maha Kuasa. Secara etis, manusia Hindu ingin melenyapkan sifat-sifat kegelapan atau keraksasaan dalam dirinya (asuri sampat) dan memupuk terus sifat-sifat kedewataan (daivi sampat). Inilah landasan yang sangat esensial bagi pembangunan jati diri manusia dan peradaban Hindu.

Surya sebagai benda bersinar di langit yang diam dan tidak berubah merupakan pusat orientasi umat Hindu, bukan pada sesuatu yang berubah. Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Abadi. Oleh karena itu, Beliau disebut Sangkan Paraning Dumadi (dari mana dan hendak kemana manusia pergi). Oleh karena itu pula, Surya dijadikan simbol sesuatu yang Abadi, Maha Cahaya, lalu dijadikan sthana Tuhan Yang Maha Kuasa, Hyang Siwa Aditya.

Pada saat Surya tegak di atas khatulistiwa, disebut Wiswayana (apabila Surya berada di sebelah selatan khatulistiwa disebut Daksinayana, bila di utara khatulistiwa disebut Uttarayana) dipandang sebagai saat yang tepat untuk melaksanakan upacara penyucian bhuwana dan pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah itu, umat Hindu memasuki tahun baru dengan melaksanakan “brata penyepian”. Artinya, dalam mengawali langkahnya memasuki kehidupan yang baru, umat Hindu melaksanakan ajaran agamanya yang terpenting, yaitu tapa, brata, yoga dan samadhi, yang pada intinya berisi pengendalian diri dan pemusatan pikiran kepada Sang Pencipta.

Pada Hari Nyepi, umat hindu berharap dapat memasuki alam sunya, alam yang sempurna, heneng (tenang) dan hening (jernih). Dang Hyang Kamalanatha (Dang Hyang Dwijendra) dalam karyanya Dharma Sunya dan Dharma Putus menekankan bahwa sunya tersebut adalah kesadaran ketika telah bersatu dengan Paramasiwa yang dipuja sebagai Sang Hyang Sakala Atma (jiwa dari segala yang hidup), dan digambarkan sebagai “Sang Saksat pinakesti ning manah aho” (Beliau yang tak ubahnya sebagai isi pikiran suci), serta “Sang mawak ring tuturku” (Beliau yang mewujud dalam kesadaranku). Demikianlah alam sunya adalah tujuan tertinggi yang diyakini dapat dicapai dengan latihan yang dilakukan terus menerus. Itulah sebabnya Agama Hindu memberi kedudukan terpenting pada ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi, antara lain dengan jalan melakukannya secara bersama-sama pada hari Nyepi.

Om Nama Siwaya,
Om Shanti, Shanti, Shanti
Om

Sumber :
Lontar Ngekadasa Rudra; Lontar Widhi Widhanan Ing Tawur Ekadasa Rudra; Raja Purana Besakih, Lontar Ekadasa Rudra; Lontar Indik Karya Ekadasa Rudra; Lontar Bhama Krthih; Lontar Candi Narmada (Koleksi Griha Taman Intaran Sanur, Griha Pidada Karangasem; Griha Wanasari; Griha Lod Rurung Riang Gede; Griha Aan Klungkung; dan Yayasan Dharma Sastra), dan buku “Panca Bali Krama” (Penjelasan Singkat) oleh Ida Bagus Gede Agastia, diterbitkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Tahun 1998
Dikutif ; KARTA WIDNYANA Darti Sumber Pusata Hindu


SEKILAS TENTANG
TAUR PANCA WALI KRAMA
DI PURA AGUNG BESAKIH
(Disampaikan pada Pembekalan Pinandita DKI, tgl. 21-2-2009 di Jakarta)


1. PENDAHULUAN
Pura Agung Besakih sebagai pura terbesar di Bali dan di Indonesia, merupakan pusat pemujaan umat Hindu . Sebagai pura besar pura Agung Besakih memiliki tatanan upacara-upacaranya yang tersendiri, berbeda dengan pura lain pada umumnya. Sangat banyak jenis upacara yang dilaksanakan di Pura Agung Besakih dari -yang tingkatannya kecil yang bersifat rutin setiap enam bulan atau setahun, sampai yang sangat besar yang dilaksanakan dalam periode 10, 100 bahkan 1000 tahun sekali..
Sejak tahun 1963, hingga saat ini banyak upacara-upacara besar yang telah terlaksana diantaranya :

a. Sukra Pon Julungwangi, 9 Maret 1963 : Upacara Taur Eka Dasa Rudra (Panregteg), yaitu upacara yang bersifat menyusul / melengkapi karena pada waktu yang semetinya telah terlaksana karena satu dan lain hal tidak dapat dilaksanakan.

b. Soma Kliwon Krulut, 10 April 1978 : Upacara Taur Panca Wali Krama menjelang upacara Taur Eka Dasa Rudra. Tahun 1979.

c. Buda Paing Wariga, 28 Maret 1979 : Upacara Taur Eka Dasa Rudra

d. Buda Kaliwon Paang, 8 Maret 1989 : Upacara Taur Panca Wali Krama

e. Buda Wage Krulut, 21 Maret 1993 : Upacara Candi Narmada dan Upacara Taur Panca Wali Krama di Danu Nyegjegang Sanghyang Samudra dan Bhatari Danu.

f. Anggara Umanis Krulut, 23 Maret 1993 : Upacara Taur Tri Bhuwana

g. Buda Wage Menail, 20 Maret 1996 : Upacara Taur Eka Bhuwana .

h. Buda Umanis Prangbakat, 27 Maret 96 : Upacara mendem pedagingan dan mlaspas semua palinggih. Upacara ini dilaksanakan sehubungan telah selesainya satu siklus 100 tahunan yang ditandai dengan dilaksana-kannya upacara Taur Eka Bhuwana, sebagai awal kegiatan untuk siklus berikutnya.

i. Buda Umanis Dukut, 17 Maret 1999 : Upacara Taur Panca Wali Krama
j. Buda Paing Kuningan, 25 Maret 2009 : Upacara Taur Panca Wali Krama.

2. SUMBER SASTRA DAN TEMPAT PELAKSANAAN TAWUR PANCA WALI KRAMA DI BESAKIH.

1) Sumber sastranya.
Cukup banyak lontar-lontar yang mengungkapkan Taur Panca Wali Krama. Kebanyakan mengungkapkan periode pelaksanaan Taur Panca Wali Krama yang dikaitkan dengan upacara Eka Dasa Rudra hingga Eka Bhuwana sebagai satu siklus upacara seratus tahunan. Diantara sumber-sumber tersebut antara lain :.

a. Lontar Widhi Sastraning Taur Eka Dasa Rudra, dari Wanasari Tabanan, menyebutkan :”Huwusning Eka Dasa Rudra patawurakena Bhuta Panca Wali Krama, gaweya sanggar 5, tekaning panggungan panca desa. Wusning mangkana patawurakena Tri Bhuwana, ngaran, patawurakena Gurunya. Sanggar Tawang sanunggal panggungan sawiji. Mangkana yogyaniya gelarakena de sang rumakseng praja mandala, lawan para wiku Aji, sang sampun kreta yaseng yadnya sinanggah Weda Paraga.

b. Lontar Ngeka Dasa Rudra, Geriya Taman Intaran Sanur, menyebutkan : Ngadasa tahun amanca wali Krama ring Basukih; puput panca Wali Krama ping 10 mewasta windu turas, nga. Ring kaping solasniya wawu ngeka dasa rudra rah windu, tenggek windu. .

c. Widhi Sastra Niti Pedanda Sakti Wahu rawuh, antara lain menguraikan bahwa bilamana terjadi “prawesaning jagat rusak” seperti bencana alam, banyak terjadi wabah penyakit patut dilaksanakan upacara Taur Panca Wali Karma di Besakih, dan di batas-batas desa dilaksanakan upacara yang lebih kecil.

d. Lontar Eka Dasa Rudra, Geriya Lod Rurung Riyang Gede, menyebutkan Wusni Eka dasa Rudra, patawurakna Bhuta Panca Wali Krama, lwire amanca desa, pur, da, pas, u, ma. Telasning mangkana Tri Bhuwana, angadegaken sanggar tawang tiga saha panggungan siji sowang, u, ma, da. Wus mangkana patawurakna Gurudya.

e. Lontar Bhama Kretih, menguraikan :”Wusning Eka Dasa Rudra patawurakna bhuta Panca Wali Krama, lwire amanca desa, marep pur, da, pas, u, ma,. I Tlas mangkana muwah patawurakena Tri Bhuwana angadegaken sanggar tawang 3, saha panggungan siji sowang, u, ma, da,. Wus mangkana malih patawurakena Guruniya sanggar tawang 1.

f. Lontar Tingkahing Karya Panca Wali Krama, Geriya Telaga Sanur: menyebutkan : Nihan tingkahing karya Panca Wali Krama keangge ring Negara krama, ring pempatan agung, durung keangge ring parhyangan dewa pacang mahayu jagate ring Bali nganut I sojar ira Sri Jaya Kasunu. Sumber ini menyebutkan Panca Wali Krama untuk tingkat negara karma (desa-desa), tidak digunakan di pura-pura besar seperti Besakih.

g. Purana Pura Agung Besakih, tidak menyinggung periode pelaksanaannya, hanya menguraikan tentang rincian upakaranya yang sedikit berbeda dalam hal binatang korban yang dipergunakan bila dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya.

2) Tempat pelaksanaannya.

Tempat pelaksanaan upacara Taur Panca Wali Krama adalah di Bencingah Pura Agung Besakih. Tempat ini diyakini merupakan sentral, oleh karena sesuai dengan struktur pura Agung Besakih, dari tempat ini ke arah bawah disebut soring ambal-ambal” yang melambangkan alam bawah (adhah) yang terdiri atas sapta patala. Sedangkan kearah atas dari bencingah agung disebut luhuring ambal-ambal yang melambangkan alam atas (urdhah) yang terdiri atas saptra loka Disamping Pura Agung Besakih secara umum diyakini sebagai central (madyaning mandala) .

3. BEBERAPA JENIS TAUR PANCA WALI KRAMA

Jenis-jenis upacara Taur Panca Wali Krama:

a. Upacara yang bersifat rutin yaitu ketika tahun saka bilangan satuannya menemui angka nol ( Tenggek windu). Ngadasa tahun amanca wali Krama ring Basukih; puput Panca Wali Krama ping 10 mewasta windu turas, nga. Ring kaping solasniya wawu ngeka dasa rudra rah windu, tenggek windu. (Lontar Ngeka Dasa Rudra, Geriya Taman Intaran Sanur).

b. Panca Wali Krama sebagai penutup Eka Dasa Rudra. (Wusni Eka Dasa Rudra, patawurakna Bhuta Panca Wali Krama, lwire amanca desa, pur, da, pa, u, ma. Telasning mangkana Tri Bhuwana, angadegaken sanggartawang tiga saha panggungan siji sowing, u, ma, da. Wus mangkana patawurakna Gurudya. (Eka Dasa Rudra, Geriya Lod Rurung Riyang Gede, Hal. 9b).

c. Sesuai dengan Lontar Ngeka Dasa Rudra, Geriya Taman Intaran, Sanur, bahwa terkait dengan rangkaian Eka Dasa Rudra, ada Panca Wali Krama di Danu Nyegjegang Bhatari Danu. Diuraikan sebagai berikut : ….. mwah Danu Panca Wali Krama nyegjegang Bhatari Danu nlasang kebo 4, tekaning pangelem.

d. Panca Wali Krama ketika jagat rusak, wenang gelaran Tawur Panca walikrama, sebagaimana disebut dalam lontar Widhi Sastra Niti Pedanda Sakti Wahurawuh:
e. Panca Wali Krama di Negara krama, sebagaimana diuraikan dalam lontar Tingkahing Karya Panca Wali Krama, Geriya Telaga Sanur:

4. RANGKAIAN UPACARA PANCA WALI KRAMA

Sebagaimana biasa diawali dengan ngatur piuning bahwa akan dilaksanakan Taur Panca Wali Krama pada waktunya, dilanjutkan dengan Nuwasen Karya yang disertai dengan nunas tirta pengandeg untuk disiratkan di setra. Dilanjutkan dengan rangkaian-rangkaian persiapan lainnya seperti memineh empehan, membuat madu parka, nanding catur, nanding bagia pulakerti, nyukat genah, nunas tirtha penyaksi karya, dll. Rangkaian lainnya adalah melaksanakan upacara melasti, yang perjalanannya mengikuti rute tertentu sesuai dengan tradisi. Sehari sebelum puncak upacara dilaksanakan upacara Mepepada, dan sore harinya upacara menben. Pada puncak Taur Panca Wali Krama, juga disertai dengan Upacara Padanan, Upacara di Ayun Widhi, pemujaannya dilaksanakan dari Bale Gajah, dan Upacara Tedun ke Paselang bertempat di Bale Paselang Penataran Agung. Tiga hari setelah puncak Taur Panca Wali Krama ditutup dengan upacara Pangremekan. Setelah itu menyusul rangkaian upacara Bhatara Turun Kabeh seperti biasa. Rangkaian terakhir adalah Upacara Penyineban yang disertai dengan melaksanakan tirta panglebar dan akhirnya ditutup dengan upacara Mejauman.

5. UPAKARA TAUR PANCA WALI KRAMA

Sesuai dengan lontar Ngeka Dasa Rudra, Geriya Taman Sanur, bahwa Taur Panca Wali Krama di Besakih yang dilaksanakan dalam siklus sepuluh tahunan sekali merupakan satu kesatuan dengan Candi Narmada, Panca Wali Krama di Danu (Nyegjegang Bhatari Danu), Eka Dasa Rudra, Tri Bhuwana dan Eka Bhuwana yang dilaksanakan dalam siklus seratus tahunan sekali.

Dalam satu paket upakara Eka Dasa Rudra dengan rangkaiannya menghabiskan kerbau sebanyak 45 ekor yaitu: rangkaian upacara yang pertama adalah Candi Narmada menghabiskan 5 ekor kerbau, diikuti dengan Panca Wali Krama di Danu, menghabiskan 4 ekor kerbau, dilanjutkan dengan Eka Dasa Rudra menghabiskan 26 ekor kerbau, diikuti lagi dengan Panca Wali Krama, menghabiskan 4 ekor kerbau, setelah itu Tri Bhuwana menghabiskan 4 ekor kerbau dan sebagai rangkaian terakhir Eka Bhuwana menghabiskan 2 ekor kerbau. Tampaknya standar yang dipergunakan dalam upakaranya ditentukan berdasarkan jumlah kerbau yang dipergunakan, tentunya yang lain akan menyesuaikan, seperti banyaknya bebangkit, catur, suci, padudusan agung, dan sebagainya.
Uraian tentang upakara Taur Panca Wali Krama disini tidak dimaksudkan secara teknis dan mendetail, melainkan akan dikemukakan beberapa kelompok upakara yang dipandang menonjol untuk pengkajian lebih lanjut tentang makna filosofisnya. Beberapa kelompok upakara tersebut adalah :

a. Upakara di sanggar Tawang, Akasa dan Pertiwi.
1) Upakara di Sanggar Tawang : Banten yang utama adalah catur, suci, dewa-dewi, dilengkapi pula dengan siwa bahu, pucuk bahu, gana pikulan, panca saraswati, wedya, serta kelengkapan lainnya. Sanggar tawangnya sendiri seperti biasa dihias dengan dahuduh dan peji.

2) Upakara di Sanggar Luhuring Akasa. Memakai Bebangkit putih dengan ulamnya itik putih.

3) Upakara untuk Ibu Pertiwi. Bebangkit ireng (merah ?),dengan ulam babi.
Ketiga kelompok upakara ini tampaknya juga memiliki makna untuk pelestarian ketiga alam tersebut. Untuk mencapat kesejahtraan hidup di dunia ini patut di dukung dengan kelestarian dan keharmonisan alam bawah dan alam atas, yang dikiaskan sebagai bapa akasa dan ibu pertiwi .

b. Upakara di panggungan,
Upakara di panggungan yang terletak pada empat penjuru mata angin (nyatur desa) berupa bebangkit agung masing-masing 1 pasang yaitu memakai ulam itik dan satu lagi memakai ulama bawi, dengan warna sesuai dengan kiblatnya. Kelengkapan lainnya tentu saja tidak dapat dilepaskan adanya gayah utuh, karena tingkat bebangkitnya yang diperguanakan adalah bebangkit agung.

Sedangkan panggungan yang di tengah memakai bebangkit agung 5 buah (manca warna).
Pada masing-masing panggungan juga dilengkapi dengan penjor, di dalam lontar disebutkan : penjorniya petung kinerik denabersih plawaniya andong, paku saji, sinwi wangun pramangke, masurat sanjata paideran.

c. Upakara tawur dengan kelengkapannya.

1) Upakara tawur Panca Wali Krama yang biasa diperguanakan di Bencingan Pura Agung Besakih adalah dalam tingkatan yang utama yaitu dengan “lawa tiga”, (tiga lapisan), bawah (adhah), tengah (madya) dan atas (urdhah). Ketiga lapisan taur tersebut ditandai dengan memakai masing-masing tiga jenis binatang korban pada kelima penjuru: mulai dari timur, selatan, barat, utara dan tengah masing sebagai berikut: lawa paling bawah (adhah) memakai ayam putih, merah, kuning (putih siyungan), hitam dan brumbun. Pada lawa yang ditengah (madya) bertutur-turut menggunakan : angsa, asu bang bungkem, banyak, bawi butuan serta itik belang kalung. Pada lawa yang paling atas (urdhah) terdiri dari: sapi (lembu), kidang, menjangan, kebo serta kambing belang.

Tiga lapisan upakara taur ini mungkin juga ada kaitannya dengan pelestarian tiga lapisan alam semesta yaitu alam bawah, tengah dan atas.


2) Upakara Tri Samaya di sanggar suku tiga

Upakara yang dikenal dengan “tri semaya” ditempatkan pada tempat khusus berupa sanggar suku tiga mengingatkan kita pada ceritra Dewa Wisnu ketika mengalahkan raksasa Bali dengan melangkahkan kakinya (sukunya) pada tiga dunia ini. Apakah ada korelasi makna upakara ini dengan pelestarian tiga alam bhur, bhwah dan swah menarik untuk kita kaji bersama. Inti upakaranya adalah bebangkit.

3) Upakara Panunggun Tawur,
Diantaranya memakai daksina sarwa 7, beras 7 catu, bebangkit, serta kelengkapan upakara lainnya

4) Upakara lantaran bhatara
Upakara ini diletakkan di sor sanggar tawang yang ada di tengah, yang utama memakai kebo yosbrana dengan kelengkapan upakaranya, seperti cau-cau, kekuduk, pering, bebangkit, dan lain-lain, disertai pula dengan upakara Yama Raja, yang memakai sarana tepung sebagai alas untuk menuliskan aksara-aksara suci simbul Yama Raja. Alat penulisnya menggunakan duri pohon bila.

d. Upakara di tempat pemujaan.
Upakara yang utama disini adalah upakara-upakara yang bersifat menyucikan yang utama adalah padyus-dyusan (padudusan agung) dengan tirtha nawa ratna, dan berbagai jenis tirtha penyucian lainnya .

e. Upakara Padanan.
Khusus untuk padanan merupakan satu kesatuan tersendiri karena lengkap dengan Sangar Tawangnya, disertai dengan upakara di Bale Padanan, serta upakara caru dalam tingkat “wrhaspati kalpa” (Memakai sarana ayam lima warna dan asu bangbungkem, diletakkan di arah barat daya (Kelod kauh).

f. Upakara Ayun Widhi,
Upacara di Ayun Widhi juga meliputi tiga unsur, yaitu upakara di luhur yang ditempatkan di Sanggar Tawang lengkap dengan Sanggar Akasa dan Pertiwinya. Upakara di madia, yaitu upakara-upakara di bale panggungan, yang terdiri dari bebangkit agung beserta gayah utuhnya. Dan upakara di sor adalah caru di sor sanggar tawang yang merupakan dasar dari lantaran Ida Bhatara.

g. Upacara tedun ke Paselang.
Paselang juga merupakan satu kesatuan upakara yang terdiri dari upakara di Sanggar Tutuwan, upakara lantaran di sor dan upakara di Bale Paselang. Upakara di Bale paselang yang menonjol adalah pemujaan kehadapan Sanghyang Semara Ratih, yang disertai pula dengan upacara “Majijiwan”

Makna upakara secara umum diuraikan dalam lontar Tingkahing Karya Panca Wali Krama Geriya Telaga Sanur sebagai berikut
Apan pabanten pinaka sarira bhatara, Ikang Sanggar Tawang pinaka Siwalingga Bhatara, bantene ring panggungan agung pinaka Bahuangga Bhatara, Ikang paselang pinaka Jagana bhaga-purus Bhatara Ikang caru sor pinaka Suku delamakan Bhatara,.
Semua binatang korban yang dipergunakan dalam kelompok-kelompok upakara tersebut ditekankan yang masih muda, tidak cacat, dan khusus untuk binatang yang berkaki empat agar belum “metelusuk” dan umurnya telah lewat 6 bulan

Dalam rangkaian taur Panca Wali Krama dan Bhatara Turun Kabeh tahun ini semua pura Pedharman diharapkan agar ikut ngiringang Ida Bhatara melasti ke segara Klotok, dan nyejer sebisanya, sebagai wujud ikut “ngertiyang karya agung ini”.Selanjutnya untuk upakara dalam hubungan dengan Bhatara Turun Kabeh, pada dasarnya berlaku seperti biasa karena telah rutin dilaksanakan setiap tahun sekali. Tidak ada kekhusan walaupun diawali dengan taur Panca Wali Krama.

6. PENUTUP

Demikianlah sekilas tentang taur Panca Wali Krama yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2009 di bencingah Pura Agung Besakih. Semoga dengan dukungan seluruh umat untuk ikut melaksanakan yasa kirti dengan setulus-tulusnya Karya Agung Panca Wali karma dan Bhatara Turun Kabeh yang kebetulan bertepatan dengan pelaksanaan pemilu Legeslatif 9 April 2009 akan dapat berjalan dengan baik dan lanjur.

Jakarta, 21 Febroari, 2009

Tjokorda Raka Krisnu

Dikutif ; Karta Widnyana/www.beritakarangasem.blogspot.com

Berita selengkapnya klik disini..

MENJELANG PANCA WALI KRAMA

Rangkaian Nedunang Ide Batara,Dan Prosesi Melasti

BESAKIH—Rangkaian Persiapan menjelang Puncak Karya Agung Panca Bali Krama di Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali memasuki eedan Nedunang Ide Batara. Prosesi ini dimulai sekitar pukul 16.00 wita,Jumat(20/3) Kemarin diawali dengan ngatur sekaligus nedunang Ide Batara Penataran Agung atau Ide Batara Lingsir.

Dalam kesempatan tersebut,Gubernur Bali, Made Mangku Pastika serta mantan Gubernur Bali Dewa Made Beratha nampak ikut ngayah mundut Ide Batara Lingsir. Selain Gubernur beserta rombongan staf dari Prmprov Bali diantaranya Sekprov Nyoman Yasa yang turut turun ngayah, Bupati Gianyar Cokorda Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace juga Nampak hadir nampak juga Bupati Kelungkung Wayan Candra dan beberapa stafnya. Termasuk Bupati Karangasem I Wayan Geredeg didampingi Sekdakab Karangasem Nengah Sudarsa. Geredeg sendiri sebelumnya juga sempat ngayah mundut Ide Batara Kiduling Kerteg yang juga tedun dari Pesimpanan Ide menuju Pesamoan Pura Penetaran Agung. .

Pemkab Karangasem sendiri mengemong dua Pura di Lingkungan Pura Besakih yakni Pura Kiduling Kertag dan Pura Marajapati Hyang Haluh. Keduanya Ide Batara kemarin juga ketur dan tedun ke Pura Penataran Agung.

Selanjutnya bertutut turut tedun sekaligus kelinggihang Ide Batara dari Pura Gelap yang diamong Pamkeb Kelungkung, Pura Ulun Kulkul yang diamong Pemkab Gianyar, Pura Benoa Kawan dan Benoa Kangin (Buleleng), Merajan Selonding (Denpasar), Dalem Puri (Badung), Pura Basukian (Tabanan) dan Pura Manik Mas yang diamong oleh Pemkab Negara. Sementara Pura Penataran Agung sendiri manjadi amongan Pamprov Bali.
Dalam prosesi itu ketuur sekaligus tedun juga Ide Batara dari Pura catur Lawa diantaranya Ide Batara Ratu Pasek, Ide Batara Ratu Pande serta Ratu Dukuh. Juga katuur Ide Batara di seluruh Pedarman yang ada di Besakih.

Selanjutnya Ide Betara katuran Ayaban di Pura Penataran Agung Besakih yang dipuput oleh Ide Panda Gede Wayahan Buruan dari Geria Gede Buruan, Gianyar.Setelah Prosesi Nedunang Ida Betara tersebut ,pada Sabtu ini Pretima Ide Batara akan dibawa Melasti ke segara Klotok Kelungkung.

Perjalanan Ide Batara Melasti dengan menempuh jarak sekitar 70 Kakan berlangsung sampai 23 Maret mendatang. Sementara itu jalur perjalanan Ide Batara Melasti kemarin nampak sudah disiapkan sedemikian rupa. Termasuk pembersihan semua Baliho dan atribut Parpol sepanjang jalur di Tiga Kecamatan yakni Rendang,Selat Dan Sidemen. Tidak itu saja pihak Panpel sebagaimana diinformasikan Ka Panpel, I Wayan Gunatra juga akan menutup sementara truk truk galian C yang melewati dijalur Ide Batara Malasti. (Karta W)

Berita selengkapnya klik disini..

RATUSAN SULINGGIH MUPUT SELAMA KARYA PANCA WALI KRAMA BERLANGSUNG

BESAKIH-Tidak kurang ratusan sulinggih / sadaka pemimpin agama akan terlibat muput selama Karya Agung Panca Bali Krama dan Betara Turun Kabeh di Pura Besakih untuk muput 43 eed upakara yang telah disusun sebagai rangkaian upakara karya agung 10 tahun sekali.

Menurut Yajamana karya Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Geria Aan Klungkung (15-3-09) seluruh sulinggih yang telah dijadwalkan muput setiap prosesi eed upakara sudah final dan diharapkan tidak terjadi perubahan lagi .

pada puncak Karya Panca Bali Krama tanggal 25 Maret 2009,nanti sejumlah 22 sulinggih akan terlibat muput diantaranya di Bencingah Agung melibatkan 15 sulinggih yang akan muput upacara seperti pada arah Purwa dipuput Ida Pedanda Gede Sukawati Manuaba Geria Taman sari Tabanan dan Ida Pandita Empu Daksa Samyoga dari Geria Klaci Marga, pada arah Daksina dipuput Ida Pedanda Gede Pemaron Mandara dari Geria Kusumayati Yang Batu dan Ida Pandita Empu Ciwa Manik Chandra Gni dari Geria Poh Manis Badung, pada arah Pascima dipuput Ida Pedanda Gede Telaga dari Geria Sanur dan Ida Rsi Agung Putra Pinatih dari Geria Wang Bang, pada arah Uttara dipuput Ida Pedanda Gede Putra Jelantik dari Geria Bukit Bangli dan Ida Pandita Dukuh Acarya Daksa dari Geria Samyoga Denpasar, pada arah Madya dipuput 5 sulinggih masing-masing Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Geria Aan Klungkung, Ida Pedanda Gede Wayahan Tianyar dari Geria Menara Sidemen, Ida Pedanda Jelantik Giri Puspa dari Geria Santian Ubud Gianyar, Ida Rsi Hari Dantam dari Geria Tumbak Bayuh dan Ida Begawan dari Puri Klungkung. Sedangkan di Pedanaan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Ketut Abah dari Geria Bungaya dan Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Geria Dauh Pasar Bidakeling.

Sementara Untuk upacara di Penataran Agung untuk upacara Ayun Widhi dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Yoga dari Geria Tunjuk Tabanan, Ida Padenda Jelantik Gianyar dari Geria Budakeling dan Ida Rsi Bujangga Anom Palguna dari Geria Tegal Cangkring, untuk upacara di Peselang dipuput Ida Pedanda Gede Made Gunung dari Geria Purnawati Gianyar dan Ida Pedanda Dwija Nugraha dari Geria Budakeling, pada upacara Pengemit Karya dipuput Ida Pedanda Gde Manu Singaraga dari Geria Sangkan Gunung dan upacara Pengrajeg Karya dipuput oleh Ida Pedanda Gede Rai Pidada dari Geria Sengguan Klungkung.

Untuk upacara puncak Betara Turun Kabeh tanggal 9 April 2009 dipuput 12 sulinggih masing-masing untuk upacara Ayun Widhi dipuput Ida Pedanda Gede Ngenjung dari Geria Selat Duda, Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Geria Budakeling, 2 sulinggih Empu, 1 sulinggih Dukuh dan 1 sulinggih Rsi. Untuk upacara di Peselang dipuput Ida Pedanda Gede Ketut Abah dari Geria Bungaya dan Ida Pedanda Gede Dwija Nugraha dari Geria Budakeling, untuk upacara di ambal-ambal dipuput sulinggih Ida Rsi Bujangga, upacara Pengrajeg Karya dipuput oleh Ida Pedanda Gede Wayahan Tianyar dari Geria Menara Sidemen dan di upacara Pengemit Karya dipuput Ida Pedanda Gde Rsi Pidada dari Geria Sengguan Klungkung ditambah pemargi upacara Pekideh sekuub Pura Besakih yang diempon masing-masing Kabupaten /Kota se Bali juga berlangsung upacara dipuput sulinggih masing-masing.

Selama upacara berlangsung sudah ditentukan panitia yang menyiapkan penuuran sulinggih hingga upacara selesai oleh masing-masing Kabupaten, panitia maupun seluruh Pedharman yang ada di Besakih.(Karta W )

Berita selengkapnya klik disini..

PEMKAB DAN MASYARAKAT NGAYAH BERSAMA DI BESAKIH

BESAKIH- Untuk kesekian kalinya jajaran Pemkab Karangasem dipimpin Wakil Bupati Karangasem Drs. I Gusti Lanang Rai, M.Si didampingi Sekda Drs. I Nengah Sudarsa, M.Si melakukan ngayah bersama di Pura Besakih, diikuti staf lengkap jajaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dilingkungan Pemkab. Karangasem (16 Maret 2009). Kegiatan ngayah meliputi membantu menyiapkan sejumlah piranti karya, meliputi ngias sejumlah wewangunan pendukung karya serta menyiapkan peralatan upakara lainnya, yang akan dipergunakan dalam waktu dekat.

Sementara itu pengayah umat Hindhu dari berbagai daerah dan lapisan terus berdatangan sambil ngaturang sejumlah piranti karya baik berupa material maupun dana punia yang dihimpun petugas panitia di sekretariat kepanitiaan yang lokasinya berdekatan dengan pwargan, yang selama berlangsungnya karya dimanfaatkan untuk mempersiapkan dan menempatkan berbagai peralatan upakara serta material aturan umat. .

Wakil Bupati Drs. I Gusti Lanang Rai, M.si mengatakan, persiapan Panca Bali Krama dan Betara Turun Kabeh hingga saat ini sudah mendekati rampung, baik menyangkut wewangunan pisik pendukung, peralatan serta kelengkapan seperti wewalungan maupun bahan-bahan upakara yang harus dihimpun sejak awal. Wabup IGL Rai mengharapkan, panitia secara koordinatif dapat melakukan penertiban pedagang yang masih ada dilingkungan Pura Besakih, masalah kebersihan agar menjadi perhatian pemedek untuk bisa membuang sendiri ke tempat sampah, parkir kendaraan serta pengamanan rute melasti dari lalu lintas khususnya kendaraan truk pengangkut galian C, agar dapat dialihkan sementara.

Sedangkan terhadap pemedek yang hendak tangkil selama pelaksanaan karya, agar dapat menyadari untuk tangkil bersamaan dengan jadwal nganyarin dari tiap-tiap Pemkab/Pemkot, yang telah diatur sedemikian rupa, demi menghindari kemacetan akibat berjejalnya kendaran menuju Besakih.

Sementara itu Ketua Panitia Lokal I Wayan Gunatra mengatakan, telah berupaya melakukan sosialisasi semaksimal mungkin baik secara langsung maupun melalui media massa , dalam mengatur pemedek dan situasi kenyamanan pemedek agar tidak timbul krodit selama karya berlangsung. Menyenai partisipasi umat ngaturang ayah dan maturan dana punia, meneurut Gunatra sangat antusias dan luar biasa sehingga dalam ngarepang karya panitia belum menghadapi kendala serius dalam mempersiapkan upakara.(Karta W)

Berita selengkapnya klik disini..

STREES KARENA SAKIT NADA NEKAT GANTUNG DIRI

RENDANG—Stress karena menderita sakit yakni akibat patah kaki kiri ,Ni Ketut Nada yang berumur 50 Tahun memilih jalan nekat mengakhiri hidupnya di tali gantungan.

Tindakan yang tidak layak ditiru itu terjadi dirumah korban di Dusun Singarata, Rendang, Karangasem.Kejadian itu justru terjadi disaat warga Raendang sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan aktivitas menjelang perayaan keagamaan termasuk Karya Agung di Pura Besakih .

Kejadian itu pertama kali diketahui Ni Wayan Resminiari (37) sekitar pukul 09.45 wita. Saat itu Reminiati yang tinggal dalam satu pekarangan dengan korban bermaksud memberikan kopi namun saat hendak membuka pintu saksi kesulitan masuk. dia mencoba memangil manggil dari luar namun tidak ada jawaban. Saksi akhirnya mendobrak masuk dan betapa terkejutnya dia melihat korban sudah tergantung.

Yang mengherankan juga ternyata diketahui Wanita malang yang menggantung dirinya di plafon rumahnya itu sebelumnya sudah berulang kali mencoba usaha bunuh .. “Sudah cukup sering Ia mencoba bunuh diri tapi seringkali juga diketahui keluarga “ Ujar keluarga dekat korban.

Polisi yang dapat informasi adanya warga yang Gantung diri langsung turun dan melakukan olah TKP .Disimpulkan korban murni bunuh diri lantaran tidak diketemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban (Karta W)

Berita selengkapnya klik disini..

TEKNOLOGI SPRINGKEL OPTIMALKAN PRODUKSI KACANG TANAH

KUBU- Tehnologi Springkel yang diterapkan dalam budidaya kacang tanah jenis lokal Culik mampu meningkatkan hasil produksi hingga 1 ton/Ha, dibanding budidaya biasa untuk wilayah Kubu. Saat melakukan pengukuran hasil panen ubinan komoditi Kacang Tanah di lokasi Demplot pada lahan kering Dusun Muntigunung Kubu (18-3-09), dicapai hasil perhitungan per Ha mencapai 2,56ton .

Hal tersebut dijelaskan,Kepala UPT Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Kubu I Putu Subawa, SP, MMA mengatakan, uji coba demplot kacang tanah dengan tehnologi pengairan springkel di Dusun Muntigunung dimaksudkan, selain memanfaatkan lahan kering juga diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga, untuk memotivasi agar mereka tidak menggepeng. Jika pola aplikasi tehnologi springkel dapat dikembangkan lebih luas, kedepan wilayah Kubu bisa menjadi sentra pengembangan komoditi kacang tanah.

“Hasil Ubinan seluas 2,5 X 2,5 meter pada lahan demplot 6 are menghasilkan rumpun sejumlah 104 sampai 125, lebih tinggi dari rata-rata rumpun pada budidaya biasa untuk Kecamatan Kubu sejumlah 80 rumpun. Sementara jumlah polong per rumpun mencapai 9 sampai 15 polong masih setara dengan budidaya biasa yang mencapai 15 polong per rumpun. Berat seluruh hasil ubinan kacang basah sejumlah 1,6 kg sehingga dalam perhitungan 1hektar diperoleh hasil sejumlah 2,56 ton / Ha sementara tanpa tehnologi springkel rata-rata mencapai 1,57 ton/Ha. Dengan fakta hasil seperti itu maka dapat disimpulkan hasil dengan tehnologi springkel mampu meningkatkan hasil produksi kacang tanah jenis lokal Culik hingga 1 ton/Ha. “ Paparnya

Mengenai pemasaran produk kacang tanah khas Karangasem dijelaskan Kabid. Sarana Prasarana Tehnologi dan Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Karangasem I Nengah Sudana, SP, dengan harga di tangan pembeli dari PT Kacang Garuda sejumlah Rp.4000 / Kg maka dalam 1 Ha diperoleh hasil penjualan sejimlah Rp.10.240.000, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan petani seperti bibit, tenaga kerja, pemupukan dsb mencapai Rp. 3.200.000, sehingga total dalam waktu 3 bulan panen petani memperoleh hasil riil Rp. 7.040.000.

Sebagai komoditi unggulan kacang tanah jenis lokal yang dihasilkan Karangasem khususnya Kubu dan Abang menjadi incaran perusahaan besar Kacang Garuda untuk dipasok sebagai bahan kacang olahan siap konsumsi. Fator rasa kacang tanah khas Culik tidak ada duanya sehingga, kendati saingan kacang lain lebih besar dan murah perusahaan tetap mengambil kacang jenis Culik kendati harganya lebih mahal.

Lanjut Sudana, dengan tehnologi springkel disamping memanfaatkan curah hujan dalam satu tahun musim, setelah hujan berhenti maka budidaya kacang tanah dapat dilanjutkan dengan tehnologi tersebut guna meningkatkan hasil produksi secara kontinyu dalam 1 tahun. JIka pada lahan di wilayah Kecamatan Abang – Kubu dan wilayah kering lain dapat dikembangkan metode tersebut maka peningkatan kesejahteraan petani dapat dicapai untuk mengatasi kondisi kemiskinan yang masih membelit Karangasem.

Lahan kering daerah Dusun Muntigunung Kubu kini memiliki Kelompok Tani sebanyak 12 kelompok tergabung dalam Gapoktan kini sedang intensif mengembangkan budidaya kacang tanah dengan tehnologi springkel. Pada 3 kelompoktani yakni Bais Enjung, Baru dan Tangkah Kresek memiliki luas areal 126 Ha. Selain mengembangkan kacang tanah, cabe, Mete dan kacang-kacangan lainnya, juga Hijauan Makanan ternak 9HMT) untuk kebutuhan pakan ternak sapi yang sebagian besar dikembangkan petani Muntigunung.(Krt)

Berita selengkapnya klik disini..

TEKNOLOGI IRIGASI TETES DITERAPKAN DI MUNTIG GUNUNG

KUBU- Menyikapi kondisi lahan kering yang ada pada sebagian besar wilayah Kabupaten Karangasem, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Karangasem kini melakukan uji coba penanaman komoditas Cabe pada lahan kering di wilayah Muntigunung Kecamatan Kubu. Selama 3 bulan sejak penanaman, sebagaimana dijelaskan Kabid Sarana Prasarana Tehnologi dan Penyuluhan I Nengah Sudana, SP (16-3-09) di Muntigunung mengatakan, kebijakan Pemkab Karangasem untuk mengembangkan tehnologi irigasi tetes pada lahan kering, ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi lahan serta meningkatkan produktifiatas pertanian sekaligus merningkatkan kesejateraan petani .

Dikatakan selama 3 bulan sejak penanaman hasil komoditas cabe yang dihasilkan cukup berhasil dengan buah cabe yang cukup lebat dan relatif besar. Bahkan selama 2 kali panen kini sedang menunggu panen berikutnya. Di Pasar Kubu harga komoditas Cabe per kilogramnya mencapai Rp. 35.000. Dengan harga sepuluh ribu saja petani sudah memperoleh keuntungan, dengan demikian pada saat harga mahal maka keuntungan petani berlipat-lipat.

Tehnologi tetes yang sudah berhasil dikembangkan dengan menggunakan stok air cubang pada bak induk berkapasitas 189 m3 dialirkan ke Bak tersier berkapasitas 6 m3 untuk mencampur pemupukan lalu dialirkan ke guludan tanaman cabe yang sudah diatur jarak tanamnya melalui pipa kecil yang dilubangi kecil sehingga air mengalir secara menetes setiap kali kran di pipa stop kontak dibuka. Dengan tehnologi demikian maka komoditas Cabe terus memperoleh suplay air kendatipun tidak ada hujan. Ditambah kontur tanah berpasir maka hasil yang diperoleh cukup menggembirakan.

Ketua Kelompoktani Bais Enjung I Wayan Samayasa mengharapkan pemerintah meningkatkan program pemanfaatan lahan kering melalui penggunaan tehnologi irigasi tetes. Dusun Muntigunung yang beriklim kering cocok dengan tehnologi tersebut, terbukti hasil uji coba pengembangan demplot komoditas cabe berhasil maksimal. Dengan terobosan tersebut ia optimis upaya mengatasi kemiskinan dari pemerintah akan dapat diatasi, karena dengan peningkatan produktifitas lahan pertanian sekaligus memberi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Sementara itu PPL Pertanian I Ketut Tahu Putra Jaya, SP menambahkan, demplot tehnik irigasi tetes yang dikembangkan memberikan pengalaman dan pengetahuan langsung terhadap petani serta memperoleh keuntungan langsung pula, sehingga diharapkan dapat memotivasi petani untuk mengembangkan pada lahan kering milik pribadi. Jika di Muntigunung bisa dikembangkan paket-paket program tersebut dengan berbagai jenis komoditi, optimis warga Muntigunung tidak lagi tertinggal jauh dengan masyarakat lainnya. (krt)

Berita selengkapnya klik disini..

05 March 2009

BUNTUT DEMO ANARKIS DI RUMAH BUPATI GEREDEG

11 Orang Di Tangkap Polisi

Polisi yang merasa kecolongan melakukan langkah refresif terhadap para pendemo yang melakukan aksi pelemparan dan pembakaran sofa dirumah pribadi Bupati Karangasem I Wayan Geredeg Senin (3/3) lalu.

Kurang dari 24 Jam ,Polisi yang bergerak pada tengah malam menggerebeg mereka-mereka yang diduga pelaku maupun penggerak yang memicu tindakan anarkis saat Demo akibat penutupan KKM

Salah satu diantaranya adalah tokoh pemuda asal Karangasem yang juga Sekum Pemuda Pancasila Karangasem Dewa Gde Juniantara alias Cok Jun. ,Caleg asal partai RepublikaN itu ditangkap dan dikatagorikan sebagai penggerak masa saat pengerusakan yang terjadi di rumah Bupati Geredeg..

Selain Cok Jun beberapa diantaranya adalah Subrata, Made Panca, Nyoman Sudira, IGB Ari Nova, IGP Sudiarta, I Gusti Nyoman Yogi Satriawan, I Gusti Nyoman Tri Asmara, Ketut Putra, IGN Wiranata dan IGP Telagi. Sementara itu Selasa siang, sekitar pukul 14.30 wita tim Buser Polres Karangasem dengan dikawal satu peleton Brimob Polda Bali kembali menangkap dua orang lagi. Keduanya adalah Ketut Merta asal Merita, Abang dan Kadek Dedy Puwandanu asal Abang.

Termasuk mantan anggota DPRD Karangasem,Wayan Denes yang sebelumnya sempat lolos bersama anaknya. Informasi terakhir telah diamankan petugas
Hingga informasi ini diturunkan mereka-mereka ini masih diperiksa sebagai saksi. Namun informasi petugas menyebutkan tidak menutup kemungkinan status meraka ini menjadi tersangka .

“Kita lihat saja perkembanganya…semua tergantung keterangan saksi,” ujar Kapolres Karangasem AKBP Amur Chandra JB SH ,sehari setelah penangkapan
“Penangkapan para pendemo tersebut adalah perintah langsung dari kapolda Bali, Irjan Pol T Asikin Husein.” Imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kapolres Karangasem AKBP Amur Chandra JB SH mengimbau kepada para nasabah untuk bersabar,pihaknya berharap agar demo yang dilakukan secara santun dan tidak anarkis atau melakukan pengrusakan.

Kapolres sendiri menilai kalau aksi anarkis yang dilakukan di rumah pribadi Bupati Geredeg adalah spontanitas dan sporadis.serta tidak terencana
Sementara itu soal actor intletual dibalik aksi anarkis masa nasabah KKM tersebut Kapolres mengaku masih melakukan penyelidikan.

“Yang jelas para penggerak dan pelaku sudah didata dan nama namanya sudah dikantongi polisi. Kuat dugaan kalau aksi anarkis tersebut ada yang menggerakan.” Prediksi Kapolres.

Sementara setelah kejadian Demo memanas tersebut, rumah Bupati Geredeg di jalan KH Samanhudi, Karangsokong, Subangan nampak masih dijaga ketat sekitar 2 pleton Brimob Polda Bali. Tidak itu saja tempat usaha keluarga Geredeg di Kecicang islam diantaranya PT ABM juga dijaga sekitar satu pleton polisi dari Polsek Bebendem.

Sementara ini isu yang masih banyak berkembang di Karangasem akan ada demo susulan dari para nasabah KKM untuk itu aparat yang dibeck up Brimobda Bali nampak antisifasi penuh dan memperketat penjagaan diruas-ruas jalur penting diseantero kota Amlapura dan sekitarnya.(Krt)

Berita selengkapnya klik disini..

02 March 2009

DEMO NASABAH KKM MULAI MEMANAS


Lempari Rumah Bupati ,Bakar Spon Dan Ban Bekas Dijalan

Ketidakjelasan nasib nasabah KKM akibat penutupan oleh aparat (20/2) mulai memicu emosi.Segerombolan massa yang melampiaskan ketidakpuasan atas dihentikannya operasi koperasi yang berbasis Capital Investment tersebut pada Senin(2/3) mulai beringas.Tidak cukup dengan orasi dan menghujat pihak-pihak yang dianggap bertanggungjawab ,tapi tensi gerakan massa kali ini Nampak mulai meninggi terbukti massa tidak hanya mengepung gedung DPRD dan Kantor Bupati yang dipagari aparat bersenjata lengkap melainkan mereka tidak tanggung-tanggung lagi merangsek kesalah satu rumah Bupati Karangasem yang kebetulan berlokasi didepan kantor Stokist KKM dan cukup dekat dari gedung utama KKM di Jalan Samanhudi,Lingkungan Kecicang,Amlapura.

Dirumah yang belakangan dijaga ketat aparat kepolisian tersebut massa mulai beringas mengepung dan melempari dengan batu dan benda-benda lain yang ditemukan massa .Akibat ulah nekat massa ini membuat kaca jendela rumah berlantai dua tersebut pecah bahkan beberapa genteng juga ikut jadi sasaran lemparan massa .

Malah Akibat pecahan kaca yang dilempar massa tersebut satu anggota Dalmas Polda Bali yang BKO di Karangasem mengalami luka pada bagian lehernya.Massa juga melempari garase yang berada persis didepan rumah Bupati itu.Bringasnya lagi massa yang menerobos Garase mengambil spon yang dipakai tempat tidur oleh Sat Pol PP saat berjaga. Kasur tersebut ditarik kejalan lalu dibakar dan diiringi teriakan-teriakan massa yang kian bergerombol dari dua sisi jalan itu.

kedatangan masa secara spontan ke rumah jabatan Bupati tersebut sebelumnya ngelurug ke Gedung DPRD Karangasem sekitar pukul 10.00 Wita. Pada saat bersamaan wakil wakil rakyat digedung DPRD itu sedang menggelar sidang Pansus untuk mambahas masalah KKM.

Kedatangan massa juga membuat buyarnya kosentrasi sidang .Setelah dari DPR ,Massa seperti pada Demo-demo sebelumnya spontan bergerak merangsek kekantor Bupati yang berlokasi di jalan Ngurah Rai ,Amlapura sembari berteriak-teriak

Didepan tembok kekar itu masa langsung dihadang sekitar dua pleton Brimob Polda Bali yang sudah stanbay sejak KKM ditutup. Masa sempat mencoba memaksa masuk dan meminta agar bupati keluar .Sesaat kemudian massa juga mengejar mobil dinas yang keluar dari perkantoran itu dari arah samping karena yang diduga didalamnya adalah Bupati Geredeg .Tak berhenti disitu,massa yang sudah kecewa secara spontan bergerak menuju lingkungan Kecicang tempat rumah Bupati.

Petugas keamaman Nampak terlambat mengantisifasi situasi itu ,terlebih dalam perkiraan aparat Demo-demo yang dilakukan massa tidak akan berbuat anarkis seperti demo-demo sebelumnya .Melihat penjagaan lengang, masa langsung merangsak rumah Bupati dan melemparinya. Tidak jauh dari lokasi rumah itu masa juga membakar ban bekas. Asapnya mengepul membuat mencekamnya suasana.

Setelah tanda-tanda anarkis itu muncul, Brimob Polda Bali yang stand bay di Gedung Kesenian Amlapurapun dikerahkan. Mereka tiba dengan pakian lengkap dengan baju PHH (Pengendali Huru Hara) lengkap dengan helm pengaman. Polisi juga stand bay dengan senjata gas air mata. Sementara sebagai antisipasi Pemkab Karangasem juga menerjunkan satu unit mobil pemadam Kebakaran.

Waka Polres Karangasem Kompol I Nyoman Wija. Turun dan berusaha meredam masa agar tidak berbuat anarkis. Sementara massa yang Nampak mulai frustasi tetap beteriak teriak dan meminta agar uang mereka di kembalikan.

Masa juga meminta agar KKM kembali beroperasi dan tetap mempertanyakan siapa yang bertanggungjawab setelah penutupan itu .Diantara mereka juga tetap menyebutkan tidak ada masyarakat yang merasa dirugikan dari dengan hadirnya KKM di Kabupaten yang masih menyandang identitas satu-satunya kabupaten tertinggal di Bali itu.

”KKM tidak menipu,masyarakat belum terbukti ada yang dirugikan malah semuanya bisa menikmati hasil dari system Capital Investment yang diterapkan KKM sejak tahun 2007 itu.Selain itu banyak pejabat,PNS hingga aparat juga ikut berinvestasi dan sejauh ini mereka tidak ada yang mengeluh,dan membuat masyarakat semakin yakin ,kenapa harus ditutup yang ujung-ujungnya membuat uang masyarakat tidak jelas “ Ujar salah seorang pendemo yang diikuti dengan teriakan-teriakan hidup KKM dari pendemo lainnya. (Krt)

Berita selengkapnya klik disini..

90% LOGISTIK PEMILU SUDAH MASUK KE KPU KARANGASEM

HUMAS KPU KARANGASEM Menginformasikan, KPU Karangasem hingga,Senin(2/3) telah menerima hampir 90% keperluan logistic untuk pelaksanaan Pemilu yang tinggal beberapa hari lagi .Logistik-logistik yang telah diiventaris tersebut diantaranya Segel sebanyak 71.344,Tinta 2.300 Botol yang diterima berturut turut dari tanggal 11 dan 12 Februari 2009 .Sementara kertas suara pertama yang diterima KPU pada Kamis (26/2) Pukul 17.00 Wita Lalu yakni Surat Suara DPR RI sebanyak 320.643 lembar yang terbagi kedalam 641 Dus yang berisi masing-masing 500 Lembar dan 1 Dus berisi 143 Lembar....

Berita Seputar Pemilu/KPU Karangasem kunjungi www.kpu-karangasem.blogspot.com .


Kertas-kertas suara ini dikirim langsung dari Percetakan Temprina Surabaya menggunakan truk bernopol L.9811 UJ dengan dikawal 2 Aparat Brimobda Surabaya.Sehari setelahnya,Jumat(27/2) ,KPU Karangasem juga menerima kiriman Logistik dari KPU Bali diantaranmya berupa Ballpoint Merah standart AE 7 Fine , Benang kasur (tali pengikat untuk memberi tanda pilihan), Lem Povinol 50 ml, Plastik transparant putih, Kantong Plastik hitam, Ballpont hitam standart AE 7 Fine, gembok freeder, Spidel kecil snowman PW-1A, spidol besar standart L-600,Barang-barang ini nantinya akan disebar ke 1.150 TPS Di 8 Kecamatan yang ada di Karangasem .

Sementara itu pada Minggu(1/3) pukul 17.30 Wita KPU di KPU Karangasem kembali diturunkan surat suara DPRD Propinsi sebanyak 641 dus dan 1 Dus berisi 143 lembar.dengan total jumlah surat suara sebanyak 320.643 Lembar yang diserahkan oleh Ruswadi dari perwakilan PT.Temprina Surabaya dan diterima Sektretariat KPU,Komang Putra SE..Sehari setelahnya pada Senin(2/3) Surat suara DPD juga telah masuk ke KPU Karangasem .Surat suara yang diterima Sekretariat KPU ,Komang Putra Sudiadnyana pukul 09.00 Wita yang mendapat pengawalan ketat aparat tersebut berjumlah sebanyak 641 Dus berisi total 320.643 Lembar.

Dengan telah diterimanya 3 Jenis Kertas suara dan beberapa barang logistic lainnya, KPU kini tinggal menunggu kiriman 1 Jenis surat suara lagi untuk DPRD Kabupaten dan keperluan tambahan untuk bilik maupun kotak suara.

Mengingat terbatasnya waktu untuk bisa menyelesaikan penyortiran dan pelipatan surat suara keseluruhan yang berjumlah total sebanyak 1.282.572 lembar termasuk surat suara cadangan tersebut,pihak KPU mengerahkan sedikitnya 100 Orang pekerja yang diambil dari masyarakat .Sedangkan untuk pengamanan kertas suara dan barang-barang logistic ini ,selain dibeck up aparat dari polres Karangasem juga dibantu personil security dari Staff KPU disamping juga mulai mengefektifkan piket yang melibatkan anggota KPU dan Staff Sekretariatan (Karta w)

Berita selengkapnya klik disini..